Tak hanya itu, tuan rumah pun ikut terlibat dan bertanggung jawab ketika hendak menyiapkan situasi, agar terkesan menyenangkan bagi tamu.
BACA JUGA:Tradisi Suku Maasai di Afrika, Minum Darah Sapi yang Segar Buat Kekebalan Tubuh
Misalnya menyiapkan lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), serta mangkuk keramik sesuai musim dan status tamu.
Lantas upacara tersebut dilakukan di luar ruangan yang disebut nodate. Biasanya, teh yang digunakan adalah matcha (matchado).
Dapat pula memakai teh hijau yang sejenis dengan sencha atau disebut senchado.
Tentu saja, tradisi minum teh ini masih dilakukan dan dilestarikan masyarakat Jepang.
Diketahui, teh mulai masuk ke Jepang sejak abad ke-9 dari seorang biksu Budha yang asalnya dari Cina.
Kemudian, mulailah penduduk Jepang mengenal teh ini dan kemudian berkembang menjadi budaya.
BACA JUGA:Tradisi Aneh di Jepang Salah Satunya Nyotaimori, Jadi Perayaan Kemenangan Para Samurai
Awal abad ke-9, juga ada salah seorang penulis China bernama Lu Yu mencatat tentang suatu budaya minum teh serta langkah-langkan dalam menyiapkan minum teh.
Di sisi lain, Lu Yu hidupnya sangat berkaitan erat dengan agama Budha, khususnya dari sekolah yang ada di Jepang sebagai Zan.
Ide briliannya tersebut menjadi bukti perkembangan adanya upacara minum teh di Jepang.
BACA JUGA:Tradisi Berendam Air Es Ala Warga Jepang, Ritual Sakral Penyucian Diri Awal Tahun
Abad ke-12, ada varian teh baru yakni matcha, kemudian mulai diperkenalkan.
Teh ini terbuat dari bubuk hijau, dan pertama kalinya digunakan sebagai ritual keagamaan yang ada di biara Budha.