BACA JUGA:Proses PAW Ketua DPRD Provinsi Bengkulu Tak Mulus, Sumardi Siap Lakukan Perlawanan
BACA JUGA:Balai Adat Rajo Penghulu Jadi Wadah Pelestarian Budaya dan Warisan Leluhur Bengkulu
Proses pembuatan kerupuk dilakukan dengan tahapan yang cukup panjang dan membutuhkan ketelitian. Dimulai dari pembuatan adonan, pencetakan, penjemuran, hingga pengemasannya.
“Prosesnya, pertama itu kita buat adonan. Udah buat adonan, nanti kita cetak pakai mesin, dikukus. Udah dikukus, disusun di rak dan dijemur 3 sampai 5 jam. Udah dijemur di oven hingga benar-benar kering baru bisa digoreng dan dikemas,” terang Rini.
BACA JUGA:Kuasa Hukum Sumardi Pertanyakan Dasar Wacana PAW Ketua DPRD Bengkulu
Rini menambahkan, proses produksi kini sudah lebih efisien karena telah menggunakan mesin. Untuk kemasan, kerupuk baruna memiliki beberapa ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
“Iya, udah. Enggak lagi pakai tangan. Dulu kan manual, sekarang udah pakai mesin,” tuturnya.
BACA JUGA:Kementrian Haji dan Umroh Minta Masyarakat Waspada Oknum Jual Beli Percepatan Keberangkatan
BACA JUGA:Bengkulu Raih Peringkat Kedua Provinsi Paling Terampil di Indonesia
Rini juga menyampaikan bahwa pemasaran kerupuk Baruna sudah cukup luas. Produk mereka sudah bisa ditemui di sejumlah pasar di Kota Bengkulu.
Harga kerupuk baruna perkemasan cukup murah. Mulai dari Rp2 ribu hingga Rp10 ribu.
“Ya, per bungkus itu ada isi 25, ada isi 22, ada isi 10, sama isi 5. Dari harga 2 ribu isinya 5,” jelasnya.
BACA JUGA:HIMASEL Kecam FGD Sepihak, Kami Mahasiswa Seluma Tidak Dilibatkan!
BACA JUGA:Lebih dari Satu Dekade, Usaha Jamur Tiram Kelurahan Bentiring Raup Omzet Jutaan Rupiah
Meski telah berjalan lama, usaha ini tetap menghadapi kendala, terutama saat musim hujan. Rini mengaku, ketika hujan turun, proses produksi harus berhenti sepenuhnya.