Pangeran Ali dari Camat Perang sampai Bon Perang
Pangeran Ali dari Camat Perang sampai Bon Perang--(Sumber Foto: Tim/BETV)
Pendapat Pangeran Ali diperkuat oleh Maluha seorang cerdik pandai dari Muara Santan. Setelah itu tak ada lagi perdebatan, semuanya patuh pada Pangeran Ali, hanya terlihat Terusin di sudut ruangan yang sesekali mengelus-elus gagang keris dipinggangnya.
Rapat hari itu menghasilkan keputusan pembentukan tim yang langsung diketuai oleh Pangeran Ali untuk menghadapi gugatan Marga Suku IX.
Seminggu kemudian tibalah kedatangan rombongan Pangeran Zainul Abidin didampingi Controleur Rejang yang bermarkas di Kepahiang sementara Marga Ketahun didampingi Controleur Lais.
Atas perintah Pangeran Ali, masyarakat Napal Putih diminta menjamu rombongan tamu dan menyiapkan tempat menginap.
Sulit dipercaya memang, bagaimana mungkin menjamu makan- minum untuk lawan berperkara.
Disitulah salah satu letak kelebihan Pangeran Ali dengan strateginya, apalagi rombongan Marga Suku IX tidak membawa bekal makanan, dia ingin menunjukkan persaudaraan walaupun disisi lain aset Marga Ketahun berupa tambang emas sedang terancam hilang.
Esoknya kedua-belah fihak berangkat menuju lokasi sengketa, seminggu sebelumnya Pangeran Ali sudah memerintahkan tim untuk mendirikan pondok darurat sebagai tempat menginap dilokasi-lokasi sengketa karena akan dilakukan spot check (pemeriksaan setempat) mengingat pemeriksaan lokasi itu diperkirakan tidak kurang akan menghabiskan waktu sekitar 3 hari.
Seluruh kebutuhan makan minum termasuk untuk rombongan Marga Suku IX dan Controleur Rejang dari Kepahiang ditanggung oleh tim Pangeran Ali.
Beberapa makanan mewah berupa roti berlapis keju dan minuman beralkohol seperti bir merk Heinekens juga disuguhkan oleh Tim Pangeran Ali.
Makanan dan minuman mewah dizaman itu seperti roti dan bir dengan mudah didapatkan Pangeran Ali mengingat di Lebong Tandai saat itu beroperasi Mijnbouw Maatschappij SIMAU sebuah perusahaan tambang emas milik Belanda.
Hari ke 3 selesailah pemeriksaan batas-batas lokasi yang disengketakan.
Pangeran Zainul Abidin yang terkenal jago pidato memberikan pandangannya atas seluruh rangkaian pemeriksaan, semua orang terkagum atas argumentasinya apalagi dengan fasih ia memaparkan sejarah leluhurnya sebagai fihak yang menurutnya berhak atas lokasi-lokasi itu.
Lalu tibalah giliran Pangeran Ali memberikan pendapatnya, suasana hening menunggu apa yang akan disampaikannya.
Sebenarnya tim Marga Ketahun khawatir jika mereka kalah apalagi Pangeran Ali tidak lahir dan besar di Marga Ketahun tentu pengetahuannya tentang sejarah tidak selengkap pemaparan Pengeran Zainul Abidin.
Ditengah pidatonya Pangeran Ali meminta semua rombongan yang hadir melihat peta lokasi buatan Belanda yang ada didepan, lalu ia menunjuk titik dimana tertulis 'batu etok' yang dalam bahasa Indonesia artinya batu retak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: