"Sebesar biji gandum," jawab semut.
Nabi Sulaiman AS kemudian melakukan percobaan, untuk membuktikan jawaban semut tersebut. Dia mememlihara semut di dalam toples dengan beberapa butir gandum.
Setahun kemudian, Nabi Sulaiman AS membuka kembali botol tersebut dan menemukan bahwa semut hanya memakan sebagian butir gandum. Lalu, dia bertanya,
"Wahai semut, mengapa kamu makan hanya sedikit dan tidak menghabiskannya?"
Lalu, semut berkata,
"Aku bertawakal dan berserah diri kepada Allah. Dengan bertawakal kepada Allah, aku yakin Dia tidak akan melupakanku."
Semut melanjutkan, "Ketika aku berserah diri kepadamu (Nabi Sulaiman AS), aku tidak yakin apakah tahun depan kamu akan mengingatku sehingga kamu dapat memiliki sebutir gandum lagi atau kamu akan melupakanku. Jadi aku harus meninggalkan beberapa perbekalan untuk tahun selanjutnya."
Sungguh istimewa semut yang bertemu dengan Nabi Sulaiman hingga dijanjikan masuk surga. Bahkan dalam Islam, semut merupakan salah satu hewan yang tidak boleh dibunuh.
Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, bahwasannya,
"Nabi SAW melarang untuk membunuh empat hewan yakni semut, lebah, burung hudhud, dan burung shurad."
Namun apa itu berlaku untuk semua jenis semut?
Bagaimana jika semut itu mengganggu dan menyakiti?
Dilansir dari berbagai sumber, hadis di atas menyatakan larangan Rasulullah SAW untuk membunuh semut, sehingga hal itu adalah perbuatan yang harus dihindari.
BACA JUGA:Kisah Domba Nabi Ibrahim, Hewan Penghuni Surga, Sekaligus Awal Mula Perintah Kurban Saat Idul Adha
Kendati demikian, para ulama mengatakan bahwa semut yang dimaksud dalam hadits tersebut tidak memiliki makna mutlak yang mencakup semua jenis semut. Hanya beberapa jenis semut besar dan panjang yang disebutkan dalam kisah Nabi Sulaiman.