Traktat London, Revolusi Dunia Berbalut Aroma Lada dan Kopi Wilhelmina di Bumi Rafflesia
Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda menandatangani perjanjian yang dikenal dengan Traktat London atau Perjanjian London (Treaty Of London).--(Sumber Foto: Daman/BETV)
BENGKULU, BETVNEWS - Pada tanggal 17 Maret 1824, di London, Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda menandatangani perjanjian yang dikenal dengan Traktat London atau Perjanjian London (Treaty Of London). Meskipun perjanjian ini dilaksanakan dan berfokus pada masalah Eropa, namun dalam realisasinya, dengan adanya perjanjian tersebut, juga memberikan dampak luas bagi negara-negara di Asia, termasuk juga Indonesia yang waktu itu belum menjadi negara dan masih menjadi daerah jajahan.
Di tahun 2024 atau dua abad pasca ditandatanganinya Traktat London oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck yang mewakili Belanda sedangkan Britania Raya (Inggris) diwakilkan oleh George Canning dan Charles Watkins William Wynn, banyak perubahan yang terjadi di berbagai belahan Eropa, dan menempatkan Bencoolen atau Bengkulu dalam peranan penting revolusi dunia, dengan adanya perubahan kekuasaan dan kebijakan kolonial Belanda di Asia Tenggara termasuk Indonesia yang menjadi daerah jajahan Belanda.
Kalau berbicara tentang Traktat London, pasti semuanya sudah tahu bahwa perjanjian ini erat kaitannya dengan sang Penemu puspa langka bunga Rafflesia Arnoldi, yang menjadi endemik khas Provinsi Bengkulu, siapa lagi kalau bukan Sir Thomas Stamford Raffles, sang Gubernur Koloni Inggris di Bencoolen Pulau Sumatera.
BACA JUGA:Lestarikan Budaya Bengkulu, Herizal Apriansyah Dukung Kegiatan Marlborough Fest 2024
Setelah Inggris berhasil mengalahkan Perancis dibawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte dalam perang Leipzig, dilakukanlah Konvensi London atau Convetion of London, pada 13 Agustus 1814 antara Inggris yang diwakilkan Robert Stewart dan Viscount Castlereagh, dengan Kerajaan Belanda yang menjadi negara bawahan dari Perancis, diwakilkan oleh diplomat Hendrik Fagel.
Dalam Konvensi London ini, terdapat tiga point penting yang memberikan dampak perubahan dalam peta kekuasaan dunia, yakni:
1. Penyerahan kembali wilayah Indonesia kepada Belanda
2. Negara-negara jajahan Belanda seperti Sailan, Koloni Tanjung Harapan, dan Guyana tetap dikuasai Inggris
3. Kekuasaan Belanda atas Kerajaan Cochin di Pantai Malabar India diambil Inggris, sebagai pengantinnya Inggris menyerahkan Bangka di Indonesia kepada Belanda.
BACA JUGA:Masyarakat Bengkulu Bisa Terbang Setiap Hari dengan Garuda Indonesia, Ini Kata Maskapai
Dilansir dari Buku Perjanjian-perjanjian Bersejarah, Karya Djaya Wahjudi, tahun 2018, awal mula ditandatanganinya Traktat London ditahun 1824, diawali dengan kekalahan Perancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte dalam perang Leipzig pada akhir tahun 1814, hal ini mempengaruhi perekonomian global dan politik di Indonesia yang kala itu sedang dikuasai Inggris, yang harus dikembalikan kepada Belanda, pada 19 Agustus 1816 di Batavia atau Jakarta, yang ditandai dengan penandatangan penyerahan yang dilakukan oleh John Fendall, menggantikan Sir Thomas Stamford Raffles mewakili Inggris, sedangkan pihak Belanda diwakili tiga orang Komisaris Jenderal, yakni Ellout, Van der Capellen dan Buyskes.
Setelah dilakukan penyerahan, Belanda lansung melakukan konsolidasi kekuasaan dan mengambil langkah tegas di daerah kolonialnya Indonesia, atau yang kala itu disebut Hindia Belanda. Tak hanya itu saja, dengan kedudukan yang semakin kuat, mereka pun melakukan eskpansi kolonial, karena dukungan yang lebih besar untuk melanjutkan eskpasinya di Indonesia.
Selain itu, hal ini sangat mempengaruhi perekonomian dunia, yang terjadi akibat hubungan negara-negara Eropa terkait perdagangan dan ekonomi dengan Belanda. Dengan keuntungan yang diperoleh Belanda dari eksploitasi sumber daya alam dan perekonomian pasar, hal ini mempengaruhi sejarah dan perjuangan Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
BACA JUGA:Kampung Wisata Puguk: Menikmati Keindahan Alam dan Kebudayaan Seluma
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: